Gajah Mada Islam Atau Bukan? Pentingkah ?

PemberaniNews - Wakil Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta Ashad Kusuma Djaya memohon segala pihak untuk bukan sekedar lihat pada hasil akhir tentang kajian Instansi Hikmah serta Kebijakan Umum (LHKP) PDM tentang Kerajaan Majapahit serta sang patihnya, Gajah Mada.

Gajah Mada Islam Atau Bukan? Pentingkah ?


Ashad mengutamakan utamanya satu sistem dalam hal semacam ini pengkajian yang dijalankan LHKP. Menurutnya, semua sistem intelektual mesti dihargai.

" Untuk kita sementara itu rangkuman begitu tidaklah terlalu utama sesungguhnya. Gajah Mada Islam atau tidak, itu tidak utama, " tutur Ashad sementara didapati Kompas. com, Sabtu (17/06/2017) malam.

Dia menjelaskan, anak muda tertarik untuk datang berdiskusi serta ikut mengupas karna ada tawaran alternatif langkahlogi.

Satu diantara langkah yang menarik yaitu komune Herman Sinung Janutama seringkali datang ke pemakaman. Mereka lakukan penilaian serta studi, sampai ketahui era sementara nisan yang berada di satu makam di buat.

Herman Sinung Janutama, sebagai penulis buku " Kesultanan Majapahit " serta jadi satu diantara yang diundang dalam aktivitas diskusi LHKP.

Menurut Ashad, komune itu diantaranya dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk nisan, umpamanya nisan pada era kerajaan Majapahit.

" Beliau membaca manuskrip umpamanya babat apa, nah beliau tidak menunjuk pada hasil yang udah ada. Namun mendatangi sendiri tempat yang lebih kurang dijelaskan dalam manuskrip itu, lalu mencari data, ajukan pertanyaan pada orang-orang kira-kira dsb, " tuturnya.


Didalam diskusi yang difasilitasi oleh LHKP sementara itu lanjutnya, bukan sekedar Herman yang mengemukakan pengkajian. Namun ada juga narasumber beda jadi pembanding.

" Ada rekan yang kita undang juga, seperti Pak Joko Suryo. Pada saat itu Pak Joko Suryo juga mengkritik, ya kita terima karna yang utama bukanlah kesimpulannya. Namun bagaimana ini jadi satu diantara langkah pandang yang di tawarkan, " ucapnya.

Menyikapi yang berkembang sekarang, Ashad mengajak segala pihak menghormati sistem. Menurutnya apa yang berkembang di sosial media juga tidak seutuhnya pas.

" Kami pada saat itu menghormati benar sistem intelektual yang tengah dilalui mas Herman, " sebutnya.

Sistem intelektual itu lanjut dia, suatu hal yg tidak sembarang orang pengen tekuni. Terlebih sistem intelektual yang diluar mainstream.

" Seolah-olah itu dapat jadi juicetifikasi walau sebenarnya tidak begitu. Mengapa bila Gajah Mada itu Islam, tidak ada apa-apanya. Namun sistem intelektual untuk mendapatkan itu serta memberi alternatif-alternatif itu yang menarik, " urainya.

Menurutnya semua sistem intelektual itu mesti dihargai. Kalaupun menginginkan menampik mesti lewat cara yang intelektual juga.

" Mereka juga butuh berfikir dengan langkahlogi alternatif, janganlah terjerat pada kemapanan. Bila menginginkan menampik ya mari menampik dengan langkahlogi juga, itu yang memperlihatkan seseorang intelektual serta tidak, " tuturnya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.